Yang mainstream di tanggal 21 April 2014 adalah saya mau bilang :
Selamat Hari Kartini pada wanita-wanita Indonesia masa kini
mainstream pasti karena pada tanggal 21 April memang hampir semua orang mengucapkan hal tersebut, semua status BBM orang juga mengatakan hal yang sama dan postingan-postingan di Path akan terbanjiri gambar-gambar yang bermakna ucapan Selamat Hari Kartini.
Sekali lagi mainstream. Tapi saya tidak pernah setuju dengan pendapat bahwa mainstream selalu buruk. Tidak. Menyayangi orang tua kita adalah mainstream, tapi ya memang harus begitu justru kalau ga mainstream dosa. Mengunyah makanan itu mainstream , tapi justru kalau mau gag mainstream bisa berakibat pada peradangan akut kerongkongan hehe..coba bayangkan Anda makan sate kambing tapi tidak dikunyah dulu bisa bisa nyangkut bukk :p
Kembali lagi ke pokok pembahasan. Mainstream tidak selalu buruk. Menurut saya bahkan harus ada ucapan selamat di saat hari Kartini. Alasannya dua, untuk menghargai perjuangan Beliau dan memotivasi wanita-wanita lainnya.
Saya baru mengetahui bahwa Ibu Kartini meninggal di usia yang cukup muda, 25 tahun, dan itu pun saat Beliau melahirkan anak semata wayangnya. Luar biasa. Sepanjang kehidupan beliau selalu berjuang demi kaumnya, di penghujung maut pun beliau masih harus berjuang demi anaknya. Bagian mana dari Ibu Kartini yang tidak luar biasa menginspirasi?
Satu hal yang dapat saya tarik dari perjuangan-perjuangan yang telah Ibu Kartini lakukan : Keberanian. Iya keberanian.
Dan ini adalah hal yang agak keluar dari mainstream yang akan saya utarakan : Wanita wajib punya keberanian.
Bukankan itu mainstream ? bagi beberapa orang ternyata menganggap hal itu tabu. Di belahan dunia lainnya di sana, wanita masih belum berani berpendapat kepada suaminya, masih ada wanita yang menerima dirinya dibilang "tumbal" untuk upacara adat sukunya, masih banyak perempuan yang bermanja-manja pada keadaan dan seolah dia menyalahkan segala hal di luar dirinya atas penderitaannya sekarang. Beberapa alasan yang menghalangi keberanian wanita adalah perasaan malu, takut dianggap kurang sopan, dan lain lainnya.
basically, wanita memiliki kecenderungan berfikir yang lebih rumit dibandingkan pria. Saya mengakuinya. Pria cenderung menggunakan 90% logikanya saat mengambil keputusan, sehingga aspek-aspek penentu keputusan pun tidak banyak. Sedangkan wanita memiliki dua hal yang pasti akan mempengaruhi keputusan yang diambil : Perasaan dan Logika. Perasaan membuat banyak pertimbangan pada pengambilan keputusan wanita. Misal : ada ibu dan bapak yang anaknya jatuh dari sepeda sehingga lutut sang anak terluka. Sang ayah dengan perasaan biasa saja akan mencuci lutut sang anak kemudian mengoleskan betadine. Sedangkan sang ibu akan panik, berpikir kalau dibasuh cepat-cepat nanti lukanya makin basah, kalau langsung diolesi Betadine nanti kesakitan, tapi kalau dibiarin nanti infeksi, lalu bagaimana dong ..hal seperti itu yang mengakibatkan banyak orang berpendapat bahwa kalau wanita bisa menekan perasaannya hingga rasio perasan : logika adalah 40:60 saja, dia sudah hebat sekali.
Tapi menurut saya memang harus begitu. Logika harus tetap digunakan dalam memutuskan sesuatu. Saat wanita-wanita lainnya hanya bisa bingung memikirkan masa depannya, wanita yang kuat dan berani akan take action untuk masa depannya.
Semua orang pasti akan mengalami kesulitan, cepat atau lambat. Bagaimana jika orang yang kesannya nyaman-nyaman aja walupun nyantai sebenernya hanyalah menunda-nunda waktu dan orang yang terkesan "banyak cobaan" adalah orang yang sigap dan mendapatakan banyak ujian untuk "kedudukannya" ? Who knows apa yang akan terjadi besok, yang bisa kita lakukan adalah menghadapi yang ada sekarang.
So, apa yang membedakan Ibu Kartini dengan wanita-wanita lainnya? Yang membedakan adalah Bu Kartini Kuat dan Berani memperjuangkan hidup orang lain dan hidupnya sendiri, yang mungkin orang lain hanya dapat merencanakan tapi belum dapat melaksanakan sepenuhnya.
So, hidup bahagia di sana, Bu Kartini terimakasih atas segala inspirasi yang diberikan
21042014